• Rabu, 31 Agustus 2016

    Dendam Pelanggan Pekerja Seks Kormesial



    Era media sosial seolah membuka peluang para pekerja seks komersial menjajakan dirinya. Mereka berkeja sama dengan germo yang pandai menanfaatkan internet. Alhasil, pelanggan diperolehnya hanya melalui ponsel gadget.
    Tetapi tidak semua bernasib baik. Meski sejumlah cara di upayakan, tetap saja perempuan pekerja seks komersial itu tidak laku. Semua itu tidak selalu disebabkan usia yang bertambah dan pesona tubuh yang berkurang. Melainkan adanya faktor lain yang terjadi padanya.

    Faktor lain terjadi diantaranya, karena dendam pelanggannya sendiri. Ya, setidaknya itu pengakuan salah satu psk bernama jene (nama samaran), seorang mantan pekerja seks komersial.
    Perempuan berusia sekitar 35 tahun itu, kini beralih profesi sebagai pedagang kelontong di sebuah kota besar di pulau jawa.

    "saya merasa tidak mampu lagi bersaing", ujar jane sambil tersenyum

    Alasan tersebut sepertinya tidak masuk akal, pada saat jane memutuskan berhenti menjadi pekerja seks komersial, usianya masih 25 tahun, yang tentu saat berada di puncak pesonanya yang tinggi.

    "Lelaki bukan hanya tertarik dengan wajah dan tubuhnya. Melainkan bau badan, dan kemampuan bermain diatas ranjang juga di nilai pelanggan" tegasnya.

    Wanita yang kini sudah menikah dan mempunyai anak ini, enggan menceritakan masalah yang ada pada dirinya. Namun setelah didesak, akhirnya ia mau menceritakannya.
    Menurutnya, ada diantara pelanggannya yang merasa dendam terhadapnya hingga menimbulkan kebencian yang dalam.

    "sebenarnya secara fisik saya tidak merasakan apapun, tetapi entah kenapa lelaki yang berkencan dengan saya semua mengeluh, ada yang mengatakan badan saya bau, bahkan mulut saya pun dibilang bau busuk, padahal saya merasa biasa-biasa saja" katanya, mengenang masa sepuluh tahun yang lalu.

    "saya sudah berobat ke dokter dan juga alternatif, tetapi tidak ada hasilnya" lanjutnya.

    Ketika ditanyakan "apakah dirinya mengenal dekat peria itu" jane pun terdiam.

    "Beberapa kali ia datang kerumah orang tua saya di kampung, dia juga pernah melamar saya. Tapi saya tolak". Kata jane mengisahkannya. Ia mengungkapkan bahwa maksud pria itu mungkin baik, yaitu agar saya berhenti menjadi wanita malam.

    "Saat itu saya merasa menjadi primadona diantara rekan-rekan seprofesinya. Karena saya selalu mendapatkan peria ganteng dan mapan". Ujarnya dengan nada bercanda.

    Jane mengisahkan bahwa sejak dirinya menolak lamarannya, peria itu tidak pernah muncul lagi. Beberapa bulan kemudian jane mulai merasakan keanehan terhadap dirinya, satu persatu para pelanggannya mulai pergi meninggalkannya.
    Suatu ketika jane mendengar penuturan sahabatnya, bahwa para pelanggan jane mengeluh dengan bau badan dan aroma kemaluannya. Bahkan ada para pelanggan yang menilai aksi jane di ranjang mirip zombie.

    "Saya terkejut mendengar cerita teman saya itu" ujar jane

    "Itulah yang akhirnya membuat saya mengambil keputusan berhenti menjadi perempuan malam"

    Jane memilih pulang ke kampung halamannya, berkumpul bersama orang tuanya dan adik-adiknya. Bekerja membantu ayah dan ibunya menjadi petani sawah garapan. Petani yang tidak memiliki sawah sendiri, hanya bekerja dan di beri upah sesuai dengan hasil padi yang ia dapat.
    Seiring perjalanan waktu, jane mendapat pinjaman modal dari kerabatnya untuk membuka warung makan. Usaha ini berjalan dengan baik hingga kebutuhan sehari-harinya tercukupi, termasuk membiyayai adik-adiknya bersekolah.

    Pada saat bekerja di warung miliknya inilah ia mendapat seorang pelanggan pria tetangga desanya, mereka kemudian memadu kasih hingga berlanjut ke pernikahaan. Kini jane hidup bahagia bersama suami dan anak-anaknya.
    Masa lalunya yang kelam telah di tutup rapat-rapat. Dulu ia berzinah dengan banyak pria yang hanya menginginkan tubuhnya saja, kini ia melakukan dengan suaminya dalam ikatan yang suci.

    "Saya bersyukur dengan keadaan saat ini, saya bahagia bersama keluarga dan anak-anak" ujarnya dengan seluas senyum bahagia.

    Semelum meninggalkan warung miliknya ia berpesan agar jangan mengambil foto dirinya, dia hanya ingin kisahnya menjadi pelajaran agar jangan mengikuti profesi lamanya.

    Kisah jane cukup menarik, hingga di diskusikan dengan seorang teman.

    "wanita itu dikirimi guna-guna atau semacam santet untuk menyakitinya" ujar Sumiro spiritualis yang menetap di pandeglang.

    Ia mengatakan bahwa pelanggannya memang merasa dendam lalu mencoba menyakiti agar wanita ini tidak laku dan pensiun dini dari pekerjaannya. Tetapi semua itu justru berakhir baik terhadap wanita itu, hidupnya tidak lagi bergemul dengan dosa.

    "Itulah hikmah yang didapatkan dari masa lalu yang buruk. Pelanggan yang menyakitinya tidak menduga bahwa akhirnya wanita yang disakitinya akan berakhir bahagia" tambah sumiro.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar